Perbedaan Gereja Presbiterian Protestan dari Gereja Lainnya – Perbedaan gaya ajaran dan pemahaman dalam sebuah agama adalah hal yang standar ditemukan dalam berbagai agama. Tentu saja perubahan yang terjadi didorong oleh berbagai macam faktor dan hal yang memicu perubahan biasanya adalah seorang tokoh. Perbedaan antara pemahaman ini mempengaruhi berbagai hal di dalam sebuah komunitas agama dan tentunya hal ini memiliki pengaruh besar pada tradisi yang dijalankan oleh komunitas tersebut. Hal ini secara garis besar menjelaskan apa yang terjadi dalam agama Kristen dan pepercahannya menjadi berbagai bagian kecil kelompok keagamaan yang masih memegang sebagian dari ajaran agama awal. Presbiterian merupakan sebuah bagian dari kelompok keagamaan yang terbentuk karena dorongan tokoh dan event besar di Eropa.
Pada abad ke 16 terjadilah sebuah reformasi gereja yang membuat sekelompok orang tidak lagi mengakui kedaulatan gereja katolik yang biasa mereka kunjungi. Mereka menginginkan perubahan presbiterian muncul karena seorang tokoh yang bernama Yohanes Calvin. Paham yang dibangun oleh Calvin kemudian mulai menarik sejumlah kelompok yang sepaham dengan protes terhadap gereja kemudian John Knox meneruskan penyebaran paham tersebut sampai gereja Presbiterian terbentuk di Skotlandia. Banyak gereja seperti ini ditemukan di berbagai daerah yang merupakan bagian dari koloni Inggris di masa lalu. Gereja Protestan di Indonesia juga merupakan bagian dari perkembangan dari presbiterian karena jika ditelusuri ajaran yang digunakan tetap berakar pada pemikiran Calvin.
Gereja ini memiliki ajaran yang berbeda dan struktur organisasi gereja yang berbeda dengan gereja lainnya. Di dalam gereja presbiterian sederhananya tidak ada satu orang yang pemimpin gereja. Terdapat kelompok-kelompok di setiap lini organisasi yang secara bersama-sama menjalankan kepentingan misi dan ajaran gereja dalam satu kesatuan. Selain itu penggunaan Mazmur di dalam nyanyian gereja dan cara membaptis anak juga merupakan bagian dari perbedaan mendasar antara gereja ini dengan gereja lain. Perbedaan tradisi ini mungkin terkesan agak janggal dan lazim terjadi dalam agama Kristen tapi sebenarnya semua agama menggunakan tradisi berbeda sesuai dengan guru yang menyebarkan agama di daerah tersebut.
Gereja ini juga memberikan sebuah pemahaman yang unik mengenai Kristen dimana lebih memilih untuk kembali pada skriptur utama mereka yaitu alkitab. Ini bukan berarti bahwa mereka akan menggunakan skriptur yang sama dengan yang digunakan oleh agama lain karena skriptur mereka cenderung lebih sedikit daripada yang umum digunakan. Jadi bisa juga dikatakan bahwa mereka tidak mengakui beberapa bagian dari alkitab. Dalam pemahaman mereka terdapat ide bahwa seseorang sudah memiliki nasib mereka sendiri dimana tuhan telah menentukan sejak awal siapa yang masuk surga dan siapa saja yang akan kekal di dalam neraka. Sayangnya konsep ini tidak disalurkan dengan baik sehingga pada masa kini ajaran ini mulai hilang.
Gereja presbiterian sendiri memiliki beberapa perbedaan di beberapa tempat mengenai penggunaan alat musik pada saat kebaktian atau acara lain pada gereja. Pada umumnya sebagai gereja melarang penggunaan alat musik sama sekali ketika melakukan pelayanan gereja. Hal in membuat gereja protestan ini menonjol daripada gereja lain dan memang tidak akan sama dengan gereja protestan lain yang terkadang bahkan bisa mengundang satu grup band dan DJ ke dalam gereja mereka. Selain dari aturan terhadap musik terdapat berbagai hal lain yang mereka tolak dalam ajaran mereka yang semuanya bersumber dari ajaran yang dibangun oleh Calvin.